Lady Gaga Haram?

0 komentar
Exfile4shared.blogspot.com, dikutip dari harian Analisa, 20 Mei 2012, Medan:

     HIRUK-PIKUK, tentang pertunjukan seorang artis kondang dari barat sana, membuat heboh Indonesia. Pro dan kontra terjadi. Yang kontra atas pertunjukan itu mengatakan Lady Gaga tidak senonoh melakukan pertunjukan yang akan ditonton oleh 40.000 pasang mata.
Cara berpakaiannya yang tidak senonoh (menurut sebagian orang) cara menyanyinya juga, tarian-tariannya juga dan sebagainya.
     Di pihak lain yang demikian berpegang bahwa seni adalah seni berpendapat, Lady Gaga hanya seorang pekerja seni yang menampilkan nilai-nilai estetis secara global. Kariernya merangkak mulai dari sangat bawah, dengan ketekunannya dia berhasil naik melejit ke dunia panggung internasional. Sama halnya dengan Inul Daratista yang memulai kariernya dari kampung ke kampung, dari kecamatan ke kecamatan, dengan goyang erotisnya, sampai dia dipuja dan dielu-elukan, kemudian menuai pro dan kontra juga. Anehnya Inul yang dipergunjingkan adalah goyangan "bokong"nya. Se-Indonesia ketika itu ramai hanya karena bokong Inul.

      Ramai-ramailah para tokoh atau yang menganggap dirinya tokoh atau yang ditokohkan atau menokohkan dirinya sendiri, menyampaikan argumentasi tentang Inul. Dari berbagai sudut pandang, dari berbagai kajian, dari berbagai tatapan mata. Ternyata tak lain dan tak bukan walau berbeda pandangan sebenarnya yang dibicarakan adalah bokong Inul. menggelikan memang.
      Lady Gaga jika pentas jaraknya dengan penontonnya sangat berjarak. Mungkin lima meter dari pentas baru boleh penonton bisa berdiri menyaksikannya. Bagaimana dengan pertunjukan Keyboard? Tak perlu jauh-jauh dari Medan, hanya beberapa puluh kilo meter saja, kita akan ketemu pertunjukan keyboard yang sangat seronok. Goyangannya, pakaiannya dan sebagainya. Di Jawa terutama di Jawa Timur, penonton justru boleh naik ke atas pentas, lalu menyelipkan saweran uang ke sela-sela payudara si penyanyi, atau ke tempat yang sangat terlarang lainnya, seperti (maaf) menyelipkan uang ke celana dalam penyanyinya.

      Hadir dalam setiap pertunjukan keyboard (kalau di Jawa disebut organ tunggal) para tokoh juga. Ada tokoh pemuda, dan sebagainya. Bahkan dalam hajatan kegiatan ormas, mereka juga ditampilkan. Tentu saja setelah didahului oleh upacara nasional secara singkat dan kata-kata sambutan. Liukan mereka benar-benar membuat rangsangan. Sayangnya tak ada larangan dari pihak manapun juga.
      Dalam Kasus Lady Gaga, timbul berbagai pertanyaan dari tentu saja dari pihak yang setuju Lady Gaga menampilkan kebolehannya di Indonesia. Ada apa di balik larangan pertunjukan Lady Gaga? Apakah ada pengalihan isyu? Yang kontra mengatakan, kenapa kita tidak melarangnya? Kristen di Korea juga melarang kehadiran Lady Gaga. Hanya saja Lady Gaga boleh terus mentas, karena Kristen di Korea minoritas.

      Terlepas dari boleh tidaknya pertunjukan Lady Gaga di Indonesia. Tentu saja dengan sebuah alasan yang penulis garisbawahi: Jika Lady Gaga mentas di Indonesia, maka kesenian kita akan terancam oleh masuknya kesenian asing. Bah....
      Kalau kita takut kesenian kita terancam oleh kesenian asing di Indonesia, sebenarnya jawabnya sangat gampang. Bukan melarang kesenian asing mentas di Indonesia. Sejauh manakah kepedulian kita terhadap kesenian kita sendiri? Apakah pemerintah sudah berbuat banyak untuk melestarikan kesenian kita sendiri?
      Penulis berani mengatakan pemerintah tidak mau tahu atas kesenian kita sendiri, Lho.... Gampang mendeteksinya. Periksa semua dana yang ada pada APBN, berapa dana yang dialokasikan untuk kesenian kita, khususnya kesenian tradisi Indonesia. Periksa APBD mulai dari provinsi sampai kabupaten/kota berapa alokasi dana untuk kesenian tradisi masing-masing daerah? Jika ada alokasi dana, maka alokasi dana untuk kesenianlah yang terkenil. Apakah itu pertanda kita peduli pada kesenian sendiri.

Kesenian asing hanya bisa dilawan dengan kesenian pula. Jika kesenian tradisi kita kuat seperti China, Korea, Jepang dan India, mereka tidak takut diserang kesenian asing ke negara mereka. Sebaliknya, justru kesenian mereka sekarang yang menelusup memasuki negara-negara maju. Kita tak perlu kebakaran jenggot, hanya karena Lady Gaga, membuat kita tergaga(p)-gaga(p) menanggapinya.

Leave a Reply

 
Ideas For Life © 2012 DheTemplate.com & Supported by Blogger

You can add link or short description here