Ideas for Life,-
Pulau Komodo menjadi jagoan Indonesia dalam ajang tujuh keajaiban alam baru dunia atau New7Wonders of nature. Pulau di Nusa Tenggara Timur itu adalah habitat asli Komodo.
Sejarah
mencatat, hewan dijuluki 'dinosaurus terakhir di muka bumi'.
Keberadaannya baru dikenal luas pada tahun 1910. Kala itu kolonial
Belanda mendengar kisah rakyat soal 'buaya yang hidup di darat'.
Beberapa tahun kemudian, sebuah makalah ilmiah terbit, mengidentifikasi
Komodo sebagai kadal monitor. Nama latinVaranus komodoensis pun disematkan padanya. Mulai 1915, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk melindungi hewan langka itu.
Tak
hanya unik, biawak Komodo ini telah lama menjadi obyek penelitian
banyak ilmuwan. Satu persatu para ilmuwan menguak misteri Komodo.
Berikut hasil penelitian ilmuwan tentang Komodo:
1. Asal usul Komodo
Meski habitat aslinya di NTT, penelitian ahli pada tahun 2009 menyimpulkan, Komodo ternyata bukan hewan asli Indonesia.
Ahli
palaeontologi dan arkeologi dari Australia, Malaysia, dan Indonesia
membuktikan tulang Komodo sama dengan tiga fosil hewan yang ditemukan di
Queensland. Itu memperkuat teori bahwa Australia adalah tempat evolusi
Komodo.
Fosil
yang ditemukan di Queensland menunjukan bahwa Komodo berasal dari
Australia empat juta tahun yang lalu dan bertahan kira-kira hingga
300.000 tahun lalu.
Para
peneliti juga menemukan bahwa Komodo menyebar ke sejumlah wilayah,
kemudian sampai di Pulau Flores sekitar 900.000 tahun lalu -- rumah
terbaik bagi hewan itu.
Sementara
di tempat asalnya, Australia, Komodo punah 50.000 tahun lalu --
bertepatan dengan saat manusia tiba di Australia. Komodo juga menghilang
dan punah di beberapa pulau lain di Indonesia, kecuali Flores.
2. Bisa melahirkan dalam kondisi perawan
Perempuan
mungkin bisa hidup tanpa laki-laki, ini setidaknya berlaku untuk
Komodo. Biawak raksasa betina bisa menghasilkan bayi tanpa pembuahan
jantan.
Flora,
Komodo yang tinggal di Chester Zoo, London menjadi buktinya. Pada 2006
lalu, ia melahirkan delapan telur Komodo. Melalui proses partenogenesis -
reproduksi aseksual tanpa pembuahan, dalam keadaan perawan.
Kejadian di kebun binatang London itu adalah kali pertamanya partenogenesis pada Komodo yang tercatat terjadi di dunia.
Ilmuwan
menguak reproduksi Komodo bisa dilakukan dengan dua cara: seksual atau
aseksual, tergantung pada kondisi lingkungan mereka. Di kebun binatang,
biasanya Komodo betina ditempatkan terlisah dari yang lain.
3. Misteri gigitan mematikan Komodo
Meski
berbadan besar - bisa mencapai 3 meter, gigitan Komodo termasuk lembek.
Namun, entah bagaimana, kadal raksasa itu bisa memangsa hewan besar,
seperti kerbau misalnya.
Apa rahasia gigitan Komodo?
Ahli
biologi dari University of New South Wales, Australia menemukan, dalam
mulut Komodo terdapat beberapa lusin gigi setajam silet.
Gigi
runcing itu dikombinasikan dengan otot kuat di lehernya yang gemuk.
"Kombinasi teknik makan cerdas dan tajamnya gigi, memungkinkan
gigitannya bisa berakibat mematikan," kata ahli biologi, Stephen Wroe.
Untuk
menguak misteri gigitan Komodo, para ahli membangun sebuah model kepala
dan tenggorokan hewan itu dengan perangkat lunak. Rahang Komodo boleh
saja lemah, tapi 100 juta tahun evolusi telah memberinya senjata yang
ampuh.
"Komodo
punya teknik makan yang unik, terus menerus menarik makanannya." Ia
menangkap mangsanya dan menghujamkan 60 gigi tajam. Menutupi kekurangan
gigitan yang lemah, otot tenggorokannya yang kuat akan menarik mangsa
masuk ke perut."
Komodo akan menelan utuh-utuh mangsanya dan memuntahkan sisa-sisa yang tak dapat ia cerna: rambut dan sebagian tulang.
4. Di balik air liur Komodo yang mematikan
Selain keunikan teknik makannya, Komodo juga memiliki senjata lain untuk melumpuhkan mangsanya: air liur.
Meski seekor hewan bisa lolos dari serangan Komodo, ia segera melemah dan akhirnya mati.
Untuk
jangka waktu yang lama, peneliti menduga, bakteri di air liur hewan itu
bertanggung jawab menimbulkan luka infeksi yang parah pada korbannya.
Bakteri itu meracuni darah korban.
Namun,
dugaan itu terbantahkan pada tahun 2005 lalu. "Adanya bakteri dalam air
liur Komodo atelah menjadi dongeng ilmiah," kata Bryan Fry, peneliti
racun di University of Melbourne, Australia.
Fry
dan timnya mempelajari susunan biokimia dalam air liur Komodo. Mereka
menemukan, racun tersebut bisa dengan cepat menurunkan tekanan darah,
mempercepat hilangnya darah, dan membuat korban menjadi syok -- hingga
tak berdaya melawan.
Para
ilmuwan menemukan, apa yang terkandung dalam liur Komodo serupa dengan
racun yang dimiliki ular paling berbisa yang hidup di pedalaman Taipan,
Australia.
Sementara
para rekannya takjub dengan penemuan ini, Fry mengaku tak heran. Sebab,
penelitian yang pernah ia lakukan sebelumnya menemukan, sejumlah
spesies kadal -- seperti Iguana, kadal tak berkaki, dan kadal monitor
juga memiliki bisa.
sumber : www.google.com